RT RW Net, Solusi Kreatif Atasi Pengangguran di Kecamatan Nagreg
Nagregnews.blogspot.com dikutip dari galamedianews untuk mengantisipasi
bertambahnya angka pengangguran usia kerja di Kecamatan Nagreg
Kabupaten Bandung, Asosiasi Pemerintahan Desa Kecamatan Nagreg berharap
segera ada perubahan atau revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
kecamatan tersebut.
Dengan perubahan RTRW itu, diharapkan di Kecamatan Nagreg ada peluang usaha untuk mendirikan kawasan industri non-polutif guna menampung dan mempekerjakan warga di kecamatan tersebut. Saat ini, RTRW Kecamatan Nagreg merupakan daerah hijau atau pertanian, selain kawasan permukiman."Kalau ada perubahan RTRW yang mengarah pada pembangunan industri di Kec. Nagreg, akan menguntungkan bagi masyarakat setempat yang kehilangan pekerjaan," kata Kepala Desa Bojong yang juga Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Kec. Nagreg Asep Dedih Wahyudin kepada galamedianews.com , Rabu (3/2/2016).
Menurut Asep, adanya harapan perubahan RTRW Kecamatan Nagreg itu sempat terjadi pro dan kontra di masyarakat. Tetapi yang jelas, kata dia, jika ada perubahan RTRW, dipastikan ada efek positif dan negatif.
"Bahkan adanya keinginan perubahan RTRW Kec. Nagreg itu, sempat disampaikan dalam musyawarah rencana pembangunan tingkat kecamatan pada Rabu siang. Banyak masyarakat yang mendukung dan antusias," kata Asep.
Wacana perubahan RTRW itu, kata dia, sempat ada reaksi dari penggiat lingkungan. Mereka mengkhawatirkan, jika RTRW Kec. Nagreg mengarah pada pengembangan industri, dikhawatirkan berdampak pada lingkungan sekitar.
"Pentingnya ada revisi RTRW Kec. Nagreg, karena banyak di antara masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan menganggur. Yang semula menjadi pekerja/buruh pekerja kasar (pengrajin bata merah), mereka kini banyak yang menganggur," kata Asep.
Semula, kata dia, sebanyak 1.800 jiwa pekerja/buruh pembuatan bata merah di Desa Bojong, kini berkurang menjadi sekitar 1.400 jiwa dan sisanya adalah penganggur.
"Jumlah penganggur di Desa Bojong akan bertambah, seiring dengan mulai berkurangnya bahan baku bata merah yang menjadi sumber usaha mereka sehari-hari," katanya.
Untuk mengantisipasi angka pengangguran tersebut, kata Asep, harus ada pemberdayaan kepada masyarakat sekitar.
"Minimal kita sebagai pemerintahan harus mempersiapkan lapangan kerja baru, bagi mereka yang menganggur atau kehilangan pekerjaan," katanya.
Pentingnya ada lapangan kerja baru itu, imbuh Asep, untuk mengimbangi adanya rencana peningkatan pembangunan jalan tol Bandung-Tasikmalaya melintasi Nagreg.
"Jangan sampai nantinya, pembangunan terus meningkat, sementara rakyatnya kurang sejahtera. Maka untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar, harus ada perluasan dan pengembangan lapangan kerja," tuturnya
Meski saat ini, kata Asep, warga yang masih mempertahankan usahanya dalam kerajinan bata merah, masih bisa diandalkan oleh sebagian orang. "Meski saat ini, harga bata merah di lokasi pembuatan bata merah tembus pada kisaran Rp 380-Rp 400/buah, khususnya pada musim hujan. Sedangkan musim kemarau rata-rata Rp 300/buah," katanya.
Menurutnya, pada musim hujan ini, khususnya bagi pengrajin bata merah terkendala cuaca karena bata merah yang sudah dicetak lambat kering. "Kalau musim hujan, bata merah baru bisa kering selama tiga bulan. Sedangkan musim kemarau selama 1-1,5 bulan," katanya.
Menurutnya, antara musim hujan dan kemarau, permintaan bata merah masih tetap stabil. Namun lambat laun persediaan bata merah yang dihasilkan pengrajin asal Desa Bojong akan berkurang, karena persediaan bahan baku yang kian menipis.
Dengan perubahan RTRW itu, diharapkan di Kecamatan Nagreg ada peluang usaha untuk mendirikan kawasan industri non-polutif guna menampung dan mempekerjakan warga di kecamatan tersebut. Saat ini, RTRW Kecamatan Nagreg merupakan daerah hijau atau pertanian, selain kawasan permukiman."Kalau ada perubahan RTRW yang mengarah pada pembangunan industri di Kec. Nagreg, akan menguntungkan bagi masyarakat setempat yang kehilangan pekerjaan," kata Kepala Desa Bojong yang juga Ketua Asosiasi Pemerintahan Desa Kec. Nagreg Asep Dedih Wahyudin kepada galamedianews.com , Rabu (3/2/2016).
Menurut Asep, adanya harapan perubahan RTRW Kecamatan Nagreg itu sempat terjadi pro dan kontra di masyarakat. Tetapi yang jelas, kata dia, jika ada perubahan RTRW, dipastikan ada efek positif dan negatif.
"Bahkan adanya keinginan perubahan RTRW Kec. Nagreg itu, sempat disampaikan dalam musyawarah rencana pembangunan tingkat kecamatan pada Rabu siang. Banyak masyarakat yang mendukung dan antusias," kata Asep.
Wacana perubahan RTRW itu, kata dia, sempat ada reaksi dari penggiat lingkungan. Mereka mengkhawatirkan, jika RTRW Kec. Nagreg mengarah pada pengembangan industri, dikhawatirkan berdampak pada lingkungan sekitar.
"Pentingnya ada revisi RTRW Kec. Nagreg, karena banyak di antara masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan menganggur. Yang semula menjadi pekerja/buruh pekerja kasar (pengrajin bata merah), mereka kini banyak yang menganggur," kata Asep.
Semula, kata dia, sebanyak 1.800 jiwa pekerja/buruh pembuatan bata merah di Desa Bojong, kini berkurang menjadi sekitar 1.400 jiwa dan sisanya adalah penganggur.
"Jumlah penganggur di Desa Bojong akan bertambah, seiring dengan mulai berkurangnya bahan baku bata merah yang menjadi sumber usaha mereka sehari-hari," katanya.
Untuk mengantisipasi angka pengangguran tersebut, kata Asep, harus ada pemberdayaan kepada masyarakat sekitar.
"Minimal kita sebagai pemerintahan harus mempersiapkan lapangan kerja baru, bagi mereka yang menganggur atau kehilangan pekerjaan," katanya.
Pentingnya ada lapangan kerja baru itu, imbuh Asep, untuk mengimbangi adanya rencana peningkatan pembangunan jalan tol Bandung-Tasikmalaya melintasi Nagreg.
"Jangan sampai nantinya, pembangunan terus meningkat, sementara rakyatnya kurang sejahtera. Maka untuk membantu ekonomi masyarakat sekitar, harus ada perluasan dan pengembangan lapangan kerja," tuturnya
Meski saat ini, kata Asep, warga yang masih mempertahankan usahanya dalam kerajinan bata merah, masih bisa diandalkan oleh sebagian orang. "Meski saat ini, harga bata merah di lokasi pembuatan bata merah tembus pada kisaran Rp 380-Rp 400/buah, khususnya pada musim hujan. Sedangkan musim kemarau rata-rata Rp 300/buah," katanya.
Menurutnya, pada musim hujan ini, khususnya bagi pengrajin bata merah terkendala cuaca karena bata merah yang sudah dicetak lambat kering. "Kalau musim hujan, bata merah baru bisa kering selama tiga bulan. Sedangkan musim kemarau selama 1-1,5 bulan," katanya.
Menurutnya, antara musim hujan dan kemarau, permintaan bata merah masih tetap stabil. Namun lambat laun persediaan bata merah yang dihasilkan pengrajin asal Desa Bojong akan berkurang, karena persediaan bahan baku yang kian menipis.
RT RW Net, Solusi Kreatif Atasi Pengangguran di Kecamatan Nagreg
Reviewed by info nagreg
on
22:36
Rating:
No comments: