Kisruh Pengembang vs Pedagang Pasar Limbangan, Siapa Yang Salah ?


Nagregnews.blogspot.com  Kejadian 2 hari yang lalu yang meluluh lantakan pasar pasopati limbangan memang sangat memilukan, dari mulai kejadian terbakarnya pasar lama, kemudian revilatilasi pasar yang cukup alot dan penolakan warga pasar yang tidak setuju ketika dipindahkan menjadi sebuah dilema tersendiri baik bagi pemerintah dan kalangan pemilik pasar sendiri, setelah banyak berfikir panjang ada sebuah pertanyaan yang kadang menggelitik ketika dilakukan penataan atau pembangunan pasar tradisional disejumlah daerah di indonesia selalu saja menuai masalah. Istilah para pengembang selalu tidak mulus dan penuh warna, konflik, permainan dan  kadang penuh dusta padahal semestinya idealnya tidak boleh  ada dusta diantara kita..., salah memang boleh, namun ketika ada kebohongan baik diantara pengembang ataupun ketua P3L menjadi benang kusut yang gak jelas juntrungnya, mungkin inilah yang menjadi awal penyebab yang secara logika memang susah-susah gampang ditebak.

dalam perjalanan yang begitu panjang mungkin karena ketika melakukan revitalisasi pasar tradisional terlalu banyak menampung isi kepala para pedagang termasuk mengurusi nasib isi perut warga pedagang dan keturnannya. disisi lain lalu ada  kemungkinan berikutnya karena ada rasa memiliki secara turun temurun dalam iklim bangunan pasar yang para pedagang tinggali, sehingga merasa lebih dari sekedar punya hak, padahal memang pasar itu berkembang karena di bangun dan dikembangkan oleh pemerintah dengan segala regulasinya. nah mungkin saja  ini yang kadang  membuat kita lupa, bahwa semua yang menjadi pedagang lupa dan semua  pihakpun juga lupa apalagi ada pihak berkepentingan yang ikut campur tangan memperkeruh suasana  dibelakangnya,

Mungkin saja bagi mereka bahwa kisruh menjadi biasa.  lalu ada  kemungkinan berikutnya adalah banyaknya para pihak yang campur tangan dan bikin keruh masalah, baik dari pemerintah, pedangang bahkan pengembang yang terkadang sering berimplikasi pada susahnya proses investasi pada pengembangan sejumlah pasar tradisional di suatu daerah tersebut. bukan rahasia umum lagi biasanya  yang merecoki biasanya para pemain sayap yang merasa tersisih pada tender, akhirnya ikut campur memperkeruh masalah revitalisasi pasar ini  sehingga merasa tidak puas dan bermain sayap agar sedikit puas atau mungkin di sesi berikutnya sebuah situasi  akan diciptakan hanya untuk menaikan posisi tawar dari atau para pihak yang memang suka bermain diranah itu. memang patut kita akui masalah seperti ini memang sudah menjadi rahasia umum, mengutip kutipan dari seorang gubernur dalam marahnya, bisa rusak negara ini jika kalian para pihak main main dan terima suap"

mari kita berfikir jernih dengan mengesampingkan emosi sesaat dalam kasus revitalisasi pasar Limbangan Kabupaten Garut, misalnya cukup lumayan alot hingga menguras banyak energi dan memaksa semua pihak untuk menjadi bagian dari perguliran proyek revitalisasi pasar terbesar di Kawasan Garut utara tersebut. bahkan ada orang orang yang mencari keuntungan dengan mengatas namakan GATRA merupakan mereka mereka yang mau mendirikan DOB baru, dan ujung ujungnya jika terjadi mereka akan bagi bagi kekuasaan merasa paling berjasa dalam mewujudkan cita cita mereka di daerah garut hampir sama kejadiannya seperti yang terjadi di bandung barat, 

Selain itu betapa banyak persoalan yang begitu banyak, salah satunya adalah berlarut-larutnya pembangunan pasar tersebut hingga berujung pada sengketa hukum di PTUN, alasannya gara-gara IMB dan apalah-apalah itu, dalam kondisi itu dimanfaatkan oleh  banyak pihak yang menawarkan jasa agar dapat pundi pundi rupiah dan jurus suap diantara mereka  yang secara sepintas dipandang tidak akan bermasalah namun ternyata malah seru membuat para pedagang dan investor  kadang ragu-ragu antara maju dan menunggu,

Selain Ada juga orang yang bilang garut yang begitu bagus dengan berbagai sumbernya kenapa sangat jarang investor yang tertarik, karena mereka  yang mau berinvestasi di daerah garut akan ragu  penyebabnya adalah karena dari LSM sampe pemerintah kadang meminta jatah hanya sekedar " artos pangleueur" atau apalah namanya yang dilakukan para oknum pemerintah, japrem dan sebagainya namun dari sekian banyak masalah tersebut  kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yaitu  adalah kita akui memang semua pihak terkait harus sangat cermat dan teliti tidak asal jadi, masalahnya jika persoalan datang lantaran kekeliruan itu pasti makin keliru dan tidak sempurna endingnya.. dan makin carut marut

Sekali lagi pasar limbangan memberikan gambaran bagaimana para elit birokrasi kita di Garut pada saat awal revitalisasi pasar tersebut digulirkan, semua hanya memandang sebagai lahan mendapatkan "artos pamulangan", baik dari proses perijinan maupun artos sanajan bulak-balik diluar aturan kedinasan. Bagi pihak-pihak diluar sayap kewenangan, tentu saja membuat juga situasi agar ikut kebagian, maka lengkaplah sudah persoalan sehingga berlarut dan larut dalam ketidak pastian.

pada kesempatan ini walau pada jalannya begitu berliku untuk saat ini perkembangannya kini sudah cukup lumayan, bangunan fisik terus menjelma mendekati finish dan proyekpun  telah rampung dilaksanakan dan pada saatnya kini menentukan siapa cerdas memiliki tempat, atau mengalah karena memang tidak pernah mengelola kekalahan menjadi kekuatan. memang cukup

Aturan yang akan berlaku kemudian adalah siapa cepat ia dapat, siapa terlambat siap-siap disiap. Ini hukum dalam bisnis karena sebuah investasi jelas-jelas harus kembali.  dan Ketika Bangunan sudah selesai seperti sekarang  tentu saja siapapun berminat dan punya uang dapat memilikinya karena juga berlaku batas toleransi bagi siapapun pedagang meski sejak awal memilikinya kalau kesempatan telah banyak diberikan untuk kepemilikan prioritas tidak diindahkanya jadi salah siapa mau nyalahin pengembang ? ? atau mau nyalahin pedagang???

perlu kita akui memang ini problematikanya, sebab kadang pemerintah terkait dalam bidang pembinaan pedagang kadang tidak memiliki formulasi yang jelas dan mumpuni untuk tetap membuat mereka para pedagang suvive dalam berbagai perubahan dipasar yang bersangkutan.

dan inilah yang perlu dipikirkan sebelum memutusakan merevitalisasi pasar, bukan saling menyalahkan apakah rakyatnya yang harus diganti atau pemerintahanya yang harus diganti, ini tak akan pernah menyelesaikan masalah, namun yang harus kita pertimbangkan juga nasib para pedagang agar tidak tersingkir oleh para pemilik uang itu baru pemerintah peduli. bukan menyalahkan pemerintah pro investor dan sebagainya yang mencari masalah bukan solusi,  jadi kepedulian seperti demikian itu tidak cukup berhasil membangun pasar menjadi bagus tetapi bagaimana juga mendidik mental pedagang yang juga siap mengelola keuangan agar bisa kembali memiliki lapak dagangan setelah berhasil direvitalisasi. ini kadang yang memang menjadi buah simalakama bukannya mencari solusi sama sama malah saling salahin sana sini, jika saling mempertontonkan ego masing masing masalah ini gak akan pernah menemukan solusi sampai kapanpun, dan hasilnya konflik berkepanjangan seperti ini

mun ngemutan kadinya sok kadang karunya oge kanu para investor yang berinvestasi, banyak cerita miring dengan kesimpulanah abimah  kapok invesaatsi di Garutmah rea pisan masalahna," untungnya can puguh, eh malah buntungna geus hampir sapat" begitulah persepsi yang harus segera dipertimbangkan, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga warga masyarakat semuanya jika kita ingin memiliki daerah yang cepat maju.kerjasama dan komunikasi yang baik antara pengembang dan pemerintah dengan win win solution, dan satu hal yang paling penting, salah boleh saja, asal gak boleh bohong,

semuga menjadi bahan renungan kita sebagai pengembang, investor dan pemerintah selaku regulator

Wallahualam

[red]
Kisruh Pengembang vs Pedagang Pasar Limbangan, Siapa Yang Salah ? Kisruh Pengembang vs Pedagang Pasar Limbangan, Siapa Yang Salah ? Reviewed by info nagreg on 07:39 Rating: 5

No comments:

Copyright (c) 2016 Facebook Warga Nagreg Network. Powered by Blogger.